Hello Makna Kata

Menelisik Makna dalam Untaian Kata

Sebuah Cerita

cover-warna
Ilustrasi dari zahrahaidar.com

Alkisah di suatu Negeri yang bernama Negeri Surilis, hiduplah seekor kerbau yang pintar memainkan musik. Kerbau ini bernama Koko. Koko sangat pintar memadupadankan musik. Dia bisa bermain musik dari rerumputan yang dikunyahnya ataupun dengan meniup pangkal pohon yang keropos di bagian tengahnya. Kepandaiannya dibidang musik membuat Koko menjadi terkenal. Siang dan malam Koko sering diundang untuk memainkan musiknya di berbagai penjuru kota. Meskipun terkadang lelah, namun Koko tetap menghadiri undangan yang diberikan kepadanya dikarenakan kecintaan nya terhadap musik.

Koko sangat senang sebab bisa membuat banyak orang tersenyum dan bahagia dengan musik yang ia mainkan.

“Terima kasih karena kalian telah mau mendengarkan suara musikku” ungkap Koko sebagai penutup dari acaranya pada sore hari itu.

Lalu tepuk tanganpun menggema di sekeliling panggung dan setelah itu para penonton pun mulai beranjak untuk pulang.

Di belakang panggung, nampak Koko tengah berbicara dengan seekor badak.

“Nampaknya besok aku harus pulang Pak Rino. Ku harap kau tidak keberatan” ujar Koko kepada badak tersebut.

Badak yang bernama Rino adalah manajer yang mengatur jadwal undangan bermusik Koko. Rino adalah sahabat baik Koko. Dia adalah seekor badak tua yang berbaik hati untuk membantu Koko mengatur jadwal penerimaan undangan bermusik. Awalnya Koko kesulitan dengan undangan yang terus berdatangan, yang memintanya untuk datang ke berbagai kota. Lalu, Rino pun menawarkan diri untuk membantu Koko.

Rino memiliki satu tanduk. Tubuhnya tegap dengan empat kaki yang digunakan untuk berjalan. Koko juga memiliki empat kaki untuk berjalan namun, Koko memiliki sepasang tanduk yang menjulang ke atas. Selain itu, yang membedakan Koko dengan Rino adalah Rino memiliki kumis yang tebal sedangkan Koko tidak memiliki kumis. Koko memiliki rambut berwarna coklat keemasan yang berkilau sedangkan Rino tidak memiliki rambut di atas kepalanya.

 Dikarenakan umur Rino yang telah lanjut, maka sudah sepantasnya dia dipanggil dengan sebutan bapak meskipun Rino dan Koko adalah teman.

“Ah, baiklah. Nampaknya kau telah merindukan rumahmu?” tukas Rino sambil memegang kumisnya.

“Aku dengar sekarang banyak pencuri. Jadi kau harus lebih berhati-hati Koko. Oh iya, apakah kau ingin aku temani?” Ujar Pak tua Rino sambil menawarkan diri untuk menemani Koko pulang ke rumah.

“Terima kasih banyak Pak Rino. Namun, aku bisa pulang sendiri. Lagi pula jarak dari kota Longstill ke rumah ku tidak terlalu jauh. Aku hanya perlu menyeberangi hutan Alur Melintir dan melewati dua kota terdekat untuk sampai ke rumah”.

“Baiklah. Kalau begitu berhati-hatilah” ujar Rino.

Koko pun berpamitan dengan Pak Rino, lalu bergegas untuk mengemasi barang bawaannya. Barang tersebut adalah alat musik Koko yaitu seikat rumput yang dibungkus rapi dengan kain anyaman batik. Lalu, kain tersebut diletakkan di atas punggung Koko.

Sebelum hari menjadi semakin panas, Koko pun bergegas untuk pulang. Dia bersenandung riang di sepanjang perjalanan. Tanpa terasa dia sudah berada di pertigaan jalan untuk masuk ke hutan Alur Melintir.

Koko pun berhenti sejenak di bawah pohon mangga yang tengah berbunga.

“Aha! Sepertinya aku punya ide. Bagaimana bila aku melewati jalan setapak itu saja supaya lebih cepat untuk ku sampai ke rumah. Aku sudah sangat meridukan kursi goyangku, dan kebun apel milikku”

Setelah itu, Koko pun melanjutkan perjalanan. Dia kembali bersenandung untuk menghilangkan kantuk yang menghampirinya.

Sekitar satu jam kemudian Koko tiba di sebuah rawa yang besar.

  “Hmm, bagaimana caranya supaya aku bisa melewati rawa ini?”

Di saat Koko tengah berpikir muncullah seekor Komodo dari dalam rawa. Komodo itu memiliki sepasang alis yang tebal dengan hidung yang mancung. Ia memiliki empat kaki. Namun, dia hanya berjalan dengan dua kaki. Sepasang kaki sisanya digunakan untuk bertepuk tangan saat ia keluar dari rawa.

“Halo… nampaknya kau penghuni baru disini? Perkenalkan, aku adalah Dodo. Aku tinggal di bawah pohon kedondong yang terletak di samping pohon cemara yang ada di sana” ujar komodo sambil tersenyum ramah.

“Halo, aku Koko. Aku bukan penghuni rawa ini. Aku hanya lewat dan ingin menyeberangi rawa, namun aku tidak tahu bagaimana caranya untuk menyeberangi rawa ini karena aku tidak bisa berenang” Koko menjelaskan sambil melirik ke seberang rawa.

“Hmm, kalau begitu apakah kamu mau ku bantu untuk menyeberangi rawa ini? Kau bisa naik ke punggung ku kalau mau. Aku bisa menggembungkan badanku, sehingga kau tidak akan terjatuh ke rawa” Ujar Dodo sambil menepukkan kedua kaki depannya bersamaan.

“Benarkah aku boleh naik kepunggung mu? Tapi aku sangat berat. Aku takut kamu kesakitan Dodo”.

“Aku tidak akan kesakitan. Tapi, kamu harus meninggalkan bawaan mu. Bawaanmu akan menambah bobot tubuhmu dan menyebabkan kamu terjatuh ketika menyeberangi rawa bersamaku nanti”.

“Dan aku ingin kamu memberikan suara nyanyian mu yang merdu kepada ku. Setelah itu aku akan mengantarkan mu dengan senang hati. Anggap saja itu sebagai bayaran atas jasa yang aku berikan” ujar Dodo menambahkan.

Koko tampak terkejut mendengar permintaan dari Dodo. Tidak mungkin meninggalkan barang bawaannya sebab itu adalah alat musiknya. Sedangkan untuk suara nya, dia juga tidak bisa memberikannya. Sebab musiknya tidak akan indah lagi apabila tanpa nyanyian. Koko tampak diam dan berpikir sejenak.

“Hmm, apakah kau bisa dipercaya Dodo?”

“Iya, tentu saja. Nanti aku akan mengambilkan barang bawaan mu dan memberikannya kepada mu” Dodo langsung menjawab sembari mengangguk-anggukan kepalanya.

 “Baiklah. Kamu tunggulah disini. Aku akan meletakkan barang bawaan dan suara ku di dalam pohon manggis yang sedang berbuah disana. Aku akan meletakkannya di tengah lubang yang terdapat pada pohon manggis itu. Kamu bisa mengambilnya ketika kita telah berhasil menyeberangi rawa” jelas Koko sambil berjalan menuju pohon manggis.

“Baiklah, aku setuju.” Ujar Dodo langsung masuk ke dalam rawa.

Kemudian, Koko pun menaiki tubuh Dodo, lalu menyeberangi rawa secara perlahan-lahan bersama Dodo. Koko hanya diam sepanjang perjalanan dan hanya menggerak-gerakan kepalanya seperti mengangguk atau menggelengkan kepalanya saat di tanya oleh Dodo. Dodo berpikir bahwa Koko benar-benar telah meninggalkan suaranya di lubang pohon manggis.

Ketika telah menginjak daratan Koko langsung turun dan mengucapkan terima kasih. Sementara Dodo langsung bergegas kembali ke pohon manggis tempat Koko menyimpan barang bawaan dan suaranya tadi.

Alangkah terkejutnya Dodo mendapati lubang di dalam pohon manggis hanya terdapat dedaunan dan ranting. Dodo menjadi sangat marah karena Koko telah menipunya.

“Berani sekali kamu telah menipuku!” Ujar Dodo dengan muka yang memerah.

Tiba-tiba terlihat tanduk yang perlahan-lahan keluar dari kepala Dodo.

“Apa kamu tidak tahu siapa aku?” Dodo mulai berenang ke arah Koko untuk menyerang Koko yang berada di daratan.

Karena ketakutan Koko langsung berlari dan menaiki sebuah pohon rambutan.

“Maafkan aku, tapi aku tidak bisa meninggalkan barang bawaan dan suara ku begitu saja” Ujar Koko ketakutan.

Ternyata ketika menyeberangi rawa tadi Koko tidak meninggalkan barang bawaannya tetapi dia memasukkannya ke dalam mulutnya. Sehingga pantas saja apabila Koko sepanjang perjalanan tidak berbicara sepatah katapun.

“Aku telah diperingati bahwa terdapat banyak pencuri di hutan. Jadi aku tidak bisa begitu saja percaya padamu. Apalagi ketika kamu memintaku meninggalkan barang bawaanku serta suaraku” Ujar Koko sambil kemudian menangis sesenggukan.

Dodo sudah semakin dekat menuju pohon rambutan. Dia membuka mulutnya lebar-lebar bersiap untuk memakan Koko. Dodo memukul-mukul pohon tersebut, supaya Koko terjatuh.

Namun, sebelum hal tersebut terjadi tiba-tiba ada sebuah bayangan yang melayang ke arah Dodo. Bayangan tersebut mengenakan pakaian serba hitam dengan penutup wajah yang berwarna hitam pula. Lalu, bayangan itu langsung menyerang Dodo. Hingga akhirnya Dodo berhasil dikalahkan dan diikat dengan tali.

Setelah pertarungan selesai bayangan tersebut kemudian menurunkan Koko dari atas pohon dan dia membuka penutup wajahnya. Alangkah terkejutnya Koko saat melihat wajah penyelamatnya.

“Pak Rino?” Koko berseru kaget.

“Iya. Ini aku Koko” Ujar pak Rino seraya tersenyum

Ternyata, Pak tua Rino adalah seorang ninja dari Desa Konoha yang bertugas untuk menangkap Dodo si Pencuri. Dodo memang sangat ahli berpura-pura dan telah berhasil menipu banyak warga. Akhirnya, Pak Rino memasukkan Dodo ke penjara bawah tanah dan menemani Koko untuk pulang ke rumahnya dengan selamat.

Karya: Early Rindayani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *