Hello Makna Kata

Menelisik Makna dalam Untaian Kata

Dengan kata lain

High-quality-Pino-Daeni-Art-for-sale-oil-font-b-Painting-b-font-canvas-Afternoon-Nap
Pino Daeni Art
anak kecil, si bisu itu
setiap ibunya disibukkan
oleh cucian baju
sampai lupa tempat tidur,
kamar tidur
senang bermain di kuburan
kabur diam-diam
maka dijadikanlah
bantal-guling dirinya, selimut
rumah petakumpetnya,
dan sembilan bunga
kamboja menemani
di samping kepalanya

merenggut kecurigaan

 

anak kecil, si bisu itu
senang berlama-lama
di kuburan. bermain
gambaran, congklak,
kelereng,  bermain
engklek sendirian.
ia juga tak pernah
lupa saat datang dan
pulang mengucap
salam kepada
beberapa batu nisan
yang terkadang,
suka berasap dadakan
tak peduli tengah
siang bolong,
tak peduli tengah
ramai pengunjung
seperti tabunan
yang dikirim oleh
tetangga tak tahu
waktu, tak tahu-diri
asap itu keluar,
dan langit pun
seolah tahu, ia
mengirim awan,
membawa pulang
matahari,
bersiap-siap memanggil
angin dan hujan menunda
tubuhnya untuk turun,
luruh bersama angin
sebab asap itu butuh
angin, agar seluruh asap
di kuburan menyatu,
membentuk rupa, seseorang
yang dikenali setiap

anak kecil, seorang bapak.

 

tapi setiap kali,
suara hati si anak itu
bilang, “dengan kata lain”
“dengan kata lain”
“benarkah seorangbapak
memiliki rupa seperti itu?”
ia kebingungan. sejak kecil
anak itu, tak pernah
diberi tahu oleh ibunya
ia itu laki-laki. sekeras
apapun ia bertanya pada
ibunya, “ibu, kok kenapa
ibu kencing jongkok,
aku berdiri?, apa aku
beda dengan ibu? apa
ayah juga bisa kencing
berdiri seperti aku bu?”
ibunya selalu menjawab,
“kau tak punya ayah,
ibu mengandungmu
sendiri, nanti
setelah ibu ada uang
kita sama-sama periksakan

ke dokter”

segera ibunya pergi.
ke kamar yang aku
tak pernah boleh memasukinya.
lalu menjerit sangat keras.
terdengar bunyi benda-benda
yang dilempar, seperti orang
kesurupan, ibuku, berkali-kali
bilang, “dasar laki-laki sialan,
laki-laki tak punya moral,
kau tak pantas masuk ke neraka,

bangsatttttttttttttttttttttttt”

 

dulu. ada seorang gadis
bersedia menyerahkan
dirinya pada seorangpetualang
yang bilang “aku sayang kamu”
“aku butuh bukti kamu juga
sayang aku” setelah itu
memperkosanya.
kedua kali memperkosanya.
ketiga kali memperkosanya.
keempat kali memperkosanya.
kelima kali memperkosanya.
keenam kali memperkosanya.
ketujuh kali memperkosanya.
kedelapan kali memperkosanya.
kesembilan kali memperkosanya.
kesepuluh kali, mati dibunuh,
ditusuk pisau oleh gadis itu.
lalu dibelikan sebidang tanah
tak jauh dari rumah si gadis,
cocok untuk sembilan jenazah.
tempat bermain anak kecil,
si bisu itu.
(Oleh: Adi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *