Kasih, dikota inilah aku mengenang
Penuh dengan genangan selepas kebahagiaan hadir
Dengan percikan air hujan yang menusuk
Dan jiwaku dibawa oleh langit senja tak berujung
Kasih, dikota itulah kau berbahagia
Berlari dari kehangatan yang belaka
Menghampiri untuk kesejukan yang dusta
Senyummu menggoreskan pengakhiran yang pahit
Mengadah, mengemis untuk hujan turun
Mengharapkan sesosok yang tak mungkin hadir
Menunggu di persimpangan yang kelam
Aku merindukan zinnia
“Kota hujan, kota kenangan
Disana zinnia hadir selepas kau pergi
Meninggalkan sepenuhnya yang kita ukir
Zinnia, masihkah kau ada di pikirannya?”
Berkeping-keping zinnia terjatuh di kota hujan
Kau yang memecahkan, hendak diluapkan di metropolitan
Aku mengambilnya dengan penyesalan berdarah
Mengapa kita membuat kenangan seindah zinnia?
Oleh: Rizka Raharjo