Hello Makna Kata

Menelisik Makna dalam Untaian Kata

Terlalu Kecil

feather1

3 Oktober

“Bu, aku lapar…” kataku kepada ibu. Ibu pun tidak menggubrisku. Tetap saja dibiarkannya aku kelaparan. Tapi ibu pun juga tidak makan. Ibu tak punya uang untuk makan tiga kali sehari. Sekali makan pun, kami berbagi. Uang dihabiskan ibu untuk membayar tagihan-tagihan yang selalu menyekik leher ibu setiap awal bulan. Ibu kurus sekali, namun tetap cantik. Saat aku besar nanti, aku mau bantu ibu membayar tagihan-tagihan itu. Mengapa ya orang dewasa selalu menyiksa satu sama lain?

15 November

“Bu, aku mau lihat ibu sama ayah duduk bareng deh kaya tante sama om itu…” pintaku kepada ibu. Tetap saja ibu tak mendengarkan. Sepertinya aku terlalu kecil untuk didengarkan orang dewasa. Ibu malah asik bersalam-salaman dengan tante dan om itu. Bahkan ibu foto bersama mereka sambil melemparkan senyum palsu kepada kilat kamera. Mengapa orang dewasa sering berpura-pura merasa bahagia? Bukan kah itu menyiksa? Sedih ya sedih saja. Senang ya senang. Marah ya marah. Rindu ya rindu.

2 Desember

“Bu, ibu jangan kecapean…” pintaku kepada ibu. Ibu tetap saja banting tulang. Pergi pagi, pulang malam. Tidak jarang dalam sehari, ibu bisa pulang pergi luar kota demi sesuap nasi. Aku selalu berdoa agar ibu tetap kuat. Mungkin ibu ingin memberi contoh kepadaku bahwa hidup itu harus berjuang, seperti ibu. Kehidupan itu pahit, sepahit kopi kesukaan ayah. Kehidupan keras sekali ya, bu? Seandainya ada ayah.

25 Desember

Aku terkejut ada kamera yang menyorot ke arahku. Sontak aku ingin orang dewasa melihatku. “Bu, Yah… lihat! Aku bisa nari nih. Apa aku boleh jadi penari kalo sudah besar nanti?” Aku hanya berputar-putar dan menggoyangkan tanganku asal-asalan. Ibu dan ayah tersenyum bahagia. Ibu pun sempat menitikkan air mata bahagia saat melihatku menari. Kali ini ayah mencium kening ibu. Sebagus itu kah tarianku? Aku jadi ingin cepat-cepat dewasa agar bisa jadi penari seperti ibu. Kami pun makan siang bersama, walaupun hanya di rumah makan pinggir jalan. Ini hari terbahagia dalam hidupku!

31 Desember

“Bu, aku seneng banget kalo kita dengerin musik klasik dulu sebelum kita tidur…” kataku kepada ibu. Ibu menyetel musik klasik dan memelukku. Aku menunggu ibu bicara. Namun ibu hanya memejamkan mata dan tersenyum. Mungkin kali ini ibu mendengarkanku. Hanya saja diam yang ibu pilih malam itu. Dalam tidurku, aku merasakan ibu menangis. Apa ibu terganggu dengan musik klasik?

Januari

Aku kehilangan ibu. Aku tidak bisa menemukan ibu. Biasanya aku selalu merasakan kehadiran ibu. Kini gelap, hening, dan tidak ada ibu! Apalagi ayah. Aku ingin menangis, tapi tidak lah keluar air mataku. Oh aku kan belum punya air mata. Aku harus apa ibu? Bu?

(Cerpen ditulis oleh: Winati 2016; Ig: @ayuwinati)

(Foto: Sehelai bulu di atas kayu usang; Rianti 2016)

0 thoughts on “Terlalu Kecil

  1. Suka banget sama cerita ini. Aku harus mikir 3x dulu sebelum memutuskan apakah ini dan bagaimana endingnya hehehe :D..Bener-bener bikin penasaran, it’s a sweet – sad story. Ditunggu karya-karya berikutnya yaaaaa.

  2. Suka banget sama cerita ini. Aku harus mikir 3x dulu sebelum memutuskan apakah ini dan bagaimana endingnya hehehe :D..Bener-bener bikin penasaran, it’s a sweet – sad story. Ditunggu karya-karya berikutnya yaaaaa.

Leave a Reply to Puji Rianti Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *