Hello Makna Kata

Menelisik Makna dalam Untaian Kata

Sahabat Jiwa

thedailyawe
Sumber foto: thedailyawe.com

“Kau yg berada disana

Adakah sedikit saja terlintas dibenakmu

Ada aku yg begitu merindumu”

Mungkin aku memang egois
Selalu melambungmu bagai pemain di atas trampolin
Bergantungan di awang senja, tak jua terbang bebas ataupun menapakkan jejak di tanah basah
Menarik ulur sabarmu juga rasamu
Bagai layang-layang yg lelah terbawa angin tanpa tersangkut di dahan sekedar beristirahat
Mungkin ada baiknya kita berpisah!
Karna tanpa perpisahan itu, tak pernah tersadari bagaimana aku sangat tergantung padamu, mungkin begitu juga dirimu
Aku tau, tanpa kau yg menarik diri terlebih dulu, kau akan semakin terjerat dalam benang kusut ini.
Kau dan aku.
Kita jauh berbeda,
Kita sangat tak sama.
Tapi itulah yg menjadikan kita sahabat jiwa.
Bersama seakan kita satu.
Bagaikan sepatu usang itu, selalu berdampingan, namun hanya itu yang kita mampu.
Tak perlu aku berkata, kau akan pahami.
Tak perlu kau berujar, aku selalu rasa.
Kita pernah ikrarkan itu.
Kita pernah akui itu.
Sahabat jiwa yg begitu menyiksa sukma.
Menyejukkan sekaligus membingungkan.
Mungkin ini hanya rasaku.
Mungkin ini hanyalah aku yg mendua.
Hingga aku rasakan bara itu.
Meretakkan kita, menjauhkan kita.
Aku cemburu yg kau tanggapi itu sebagai kejanggalan.
Aku yg telah terbiasa mengetahui segala tentangmu, sedalamnya dirimu.
Saat ini hanyalah seseorang yg mematung di luar duniamu.
Buta akan segalanya, menjadi kosong tak bermakna.
Akupun menghilang.
Seolah lupa.
Nyatanya, aku masih mengingat segalanya.
Pertemuan kita.
Perbincangan kita.
Bahasa kalbu kita.
Andai saja aku bisa akui rasa ini.
Rasa yg tak pernah kupahami artinya.
Mengapa dia hadir menjadikanku seseorang yg bisa menyayangi kamu dgn cara yg tak biasa.
Membutuhkanmu walau ini tak lazim.
Aku merindumu sahabat jiwaku.
Aku merindumu walau mungkin tak sepantasnya.
Aku mencintaimu dgn perspektif tak biasa.
Aku rindu,
kebersamaan kita,
seluruh gelak tawa,
caramu membuatku tersenyum,
caramu yang menenangkan tangisku,
caramu yang selalu percaya
caramu yang tak jera mendukungku.
Aku sangat merindumu, andai saja kau tau.
Mungkinkah kau juga merasakannya?

(Rianti 2016)

(Inspired by: Paulo Coelho – Brida)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *