tapi dia sadar. sedang aku lupa dimana. tapi di meja makan, dia berdua. sedang aku jongkok, pelan jalan, pegal-pegal tinggal merayap, nyerocos ini bangku, itu kamarmandi, di sini gelap, di sana anjing kawin. tapi satu sendok pun dihabiskannya tiga puluh menit. sedang aku kepingin kencing. burungku dimana. teriak sedari dua jam, tak ada yang mengajari aku, di belakang resleting burung aku menunggu gusar. dari dalam celana kukencingi saja. tapi dia malah memesan satu teh manis, satu kopi jahat. satu meneguk, dua diteguk, mereka berteguk-tegukan. minum jam tangan. makan waktu. sedang aku. masih kebasahan airkencing. ingin mandi tak bisa menelanjangdiri. kupanggil orang luar tuk menelajangdiri, malah dikata orang gila. disuruh minum obat. ah, dasar orang sehat. sudah ada apa dengan mandi tidak menelanjangdiri? tapi dia di belakang aku, bersamanya ngobrol tentang masa depan aku yang menular ke masa depannya yang tak mungkin bakal sesuram aku kalau dia sabar sampai kesuraman menjemput aku. dia bersamanya tertawa. dia bersamanya saling bermain petak umpet. mereka ngumpet aku nutup mata. Sialan.
Karya: Adi Darmawan