Hello Makna Kata

Menelisik Makna dalam Untaian Kata

PANGGIL AKU KUNTILANAK

Panggil saja aku Kuntilanak. Mereka juga menyebutku Pontianak atau Nangnak. Mengapa harus Kuntilanak? Kuntilanak merupakan salah satu sosok mahluk halus dari Asia Tenggara yang banyak ditakuti manusia. Ia digambarkan sebagai mahkluk halus berperawakan perempuan yang berambut panjang terurai, berkulit pucat, dan bergaun putih panjang. Suara cekikikan tawanya yang panjang dan melengking kerap kali membuat bulu roma manusia yang mendengarnya berdiri. Masyarakat selalu memandangnya sebagai sesuatu yang buruk dan tidak diharapkan. Mungkin saja juga sebagai sosok yang muncul di antara sepasang kekasih hati yang sedang dimabuk tuak asmara. Kuntilanak adalah mahluk yang rapuh, kesepian, dan merindukan kehangatan, dibalik lengkingan tawanya, yang mungkin terdengar bahagia. Hampir disemua cerita yang pernah ada, Kuntilanak selalu dikisahkan mencintai sesuatu yang tidak akan pernah menjadi miliknya.

Kalian bisa memanggilku Kuntilanak. Aku menghela nafas panjang dengan berat. Dadaku bergemuruh. Sesak rasanya. Ia memenuhi pikiranku selama beberapa minggu terakhir ini. Aku mencintainya, sesosok manusia rupawan yang hanya bisa kuamati dari jauh. Berjarak. Suara lembut Agatha Suci yang membawakan lagu Cintai Aku Lagi samar-samar masih mengalun saat aku mulai membayangkan Sang Rupawan. Ada perasaan berbeda saat aku berada di sekitarnya. Mulanya aku ragu dengan perasaan ini. Namun, lambat laun tetesan perasaan itu bermetamorfosis menjadi samudera luas yang mulai menenggelamkanku perlahan demi perlahan. Aku selalu merindukannya disetiap jarum detik berlari. Aku selalu memanggil namanya di setiap detakan jantung. Aku hanya ingin bertemu dengannya. Sekedar berkeluh kesah, bercengkrama, atau bersandar dibahunya.

 

Setiap malam aku selalu merenung. Terbayang dapat menyentuh wajahmu..

                                                                                    -Agatha Suci, Cintai Aku Lagi-

Perlu diingatkan kembali, aku lah Si Kuntilanak itu. Sebuah harapan tersemat dalam relung hati terdalamku. Jika Tuhan sudi mendengar, maka aku ingin dilahirkan kembali menjadi sosok wanita yang seutuhnya. Aku ingin mencintainya dalam kesempurnaan. Tanpa ada lagi rasa gundah atau putus asa, karena cinta Kuntilanak kepada Sang Rupawan adalah sebuah kefanaan. Imajiner. Mustahil. Tapi tentu saja aku tidak akan pernah dilahirkan kembali bukan? Sekali Kuntilanak, tetaplah Kuntilanak.

Sehelai foto wanita muda berada di dalam genggamanku. Ia terlihat sangat bahagia dengan senyuman yang menghiasi paras ayunya. Ia beruntung sekali, setidaknya menurutku. Tuhan memberinya kesempatan lebih untuk menemani Sang Rupawan dalam jangka waktu yang mungkin cukup panjang. Mungkin juga hingga hembusan terakhir Sang Rupawan di hari tua nanti. Aku iri dengan wanita itu. Iri sekali. Apalah aku ini? Sesosok  Kuntilanak yang dingin dan patah hati. Getir rasanya hati ini membayangkan keduanya. Isak tangis penuh kepedihan kini menyeruak dari dalam kalbu. Rasanya sedingin es.

Aku Si Kuntilanak yang hanya mampu berandai-andai. Jikalah aku perempuan itu, ingin kupeluk erat Sang Rupawan saat menangis. Aku ingin memegang erat tangannya saat ia terjatuh. Aku ingin mendekapnya dalam saat ia tenggelam dalam lautan sepi. Namun, yang bisa kulakukan adalah mendoakan segala hal baik untuknya dan cukup memandangnya dari kejauhan. Aku bahagia melihat ia bahagia. Aku tersenyum melihat bibirnya tersenyum. Meskipun jiwa ini ibarat sehelai kertas minyak yang disayat-sayat oleh sebilah pisau tajam. Aku mencintai Sang Rupawan.

                      Dari atas pohon Ficus benjamina L., aku mengakhiri kisah ini..

 

Karya: A. Surya Dwipa Irsyam

Ig: @poisonipin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *