Hello Makna Kata

Menelisik Makna dalam Untaian Kata

Monolog

aku siapanya diri ini?
apa orang yang aku
anggap adalah dirisendiri?
aku dibuat oleh orang
yang kupikir adalah aku,
benarkah itu dirisendiri?
diri aku, bukan
identitas yang diberi oleh
kesadaran, mungkinkah?
siapa sebenarnya diri aku
sekarang?
dengan aku percaya,
ini diri aku, benarkah
aku sekuat tenaga
memisahkan diri dari
oranglain, berhasrat
menunjuk, “ini aku,
bukan kau”?
kalau kubunuh pikiran ,
apa aku bisa mendengar
suara aku? kalau kubunuh
keinginan apa aku bisa
tidak memisah-misahkan
sgala sesuatu?
siapa dualisme bagi setiap
dirikita?
apakah penolakan?
atau keinginan diakui?
siapa yang akan membuat
aku mengerti?
apa dengan menanti yang
bukan diri aku sekarang?
“salahkan saja pada EGO”,
teriak suara hatiku.
bukankah ego yang
menyadarkan dirisendiri
kalau kita harus mempunyai
sifat iri lalu dengan harapan
mendorongnya semakin
kuat, dan dirisendirilah
yang memulai menghakimi,
ini buruk, itu benar, perasaan takut,
lalu dengan percaya, bentuk dari
‘penolakan’ itu berusaha dirisendiri
hancurkan, demi melindungi
apa yang dianggap buruk, dianggap
baik
dan karna ego terus menolak
realita hidup kita sendiri dan
bagi perasaan ini adalah
hal memuakkan, sakit.
kita akan terus merasaingin mencari,
mencari siapa, siapa, dimana, dimana
‘sesuatu’ yang memulangkan
siapa dirikita dan selama itu
penolakan akan hadir dalam wujudnya
yang menyakitkan.
misalnya saja, dia, dia yang bahkan’oranglain mengakui termasuk aku, dia jenius, dia
istimewa, tapi karna dia kurang sopan,
dia berusaha memikirkan, apa yang mereka
bilang, kalau sikapnya itu hasil
dari rumus-rumus yang ia manipulasi, agar ia disukai,
ia dianggap, ia diterima
jadi orang-orang yang ada disekitarnya
pergi dengan perlahan membuat jarak baginya.
tapi dengan bodohnya, ia tersenyum, karna
ia juga bahagia, katanya, “ada juga orang yang macam aku, dengan ego buruknya, tetap bersama dirinya, bahkan mengakui secara terang-terangan kalau dia betul-betul iri, cemburu terhadap realita yang diberikan pada dirinyasendiri” “dasar mahkluk2 aneh, cintai saja ego, lalu mati bersama ego!”, kataku.

 

Karya: Adi Darmawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *