Meriang

(dipersembahkan untuk: Eneng Nunuz R 🙂 )

Meriang. Bukan puisi atau lagu dangdut.

Tapi memang tubuh ini rasanya panas dan kepala cenat-cenut bagaikan rasa sakit gigi karena lubang dimana-mana.

Meriang. Bukan puisi atau lagu dangdut.

Tapi karena garis hitam kecil tegak lurus yang berkedap-kedip di layar putih itu bagaikan kemarau sewindu lamanya. Tambah membuat pening kepala ini.

Meriang. Bukan puisi atau lagu dangdut.

Melainkan benar-benar tubuh yang memanas karena isi kepala tak lagi bisa menjalin untaian kata dalam kalimat yang terangkai berarti.

Meriang. Bukan puisi atau lagu dangdut.

Karena layar itu masih terus saja mengejar bayangku ku dalam kekosongan tanya tanpa imaji.

Meriang. Mungkin memang puisi atau lagu dangdut.

Sudahlah! Kupejamkan saja mata ini setelah sebutir pil kutegak dan segelas air kuminum hingga habis.

Semoga esok meriang tiada lagi dan kepala ku dapat mengukir indah jalinan makna pada layar putihmu.

(Rianti 2016; terinspirasi oleh status mu @EnengNunuzR yang galau di malam senin ini ;p)