
oleh: Sheilla Silitonga
Di sini aku mendengarkan malam
Jangkrik yang saling bersahutan
Katak, burung, kelelawar dan entah hewan nokturnal lainnya
saling bersuara membentuk irama
Mendengarkan retihan api yang berpijar
Mendengarkan angin melalui daun yang bergesekan
Di sini rasanya aku lebih hidup
menjadi satu dengan alam
bahwa alam menyajikan hening yang menyenangkan
Di sini aku mendengarkan malam
yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan
Di sini aku menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar
lebih nyata dari dunia yang penuh dengan kepalsuan
Di sini jauh lebih menyenangkan
di mana diam bukan menjadi suatu keanehan
Di sini jauh lebih menenangkan
di mana melodi alam lebih memberi kedamaian
Daripada kata-kata mutiara palsu yang kosong
Di sini aku merasa lebih hidup
di bawah sinar rembulan dan taburan bintang
di mana setiap kata yang terucap jauh lebih jujur dan apa adanya
Aku lelah terjebak dalam kekosongan
dalam kepalsuan rutinitas dan formalitas
setiap kata dan laku yang dilakukan hanya sesuai apa kata orang
Aku lelah tidak menjadi ‘aku’.
Aku mulai bertanya, siapa aku?
Ke manakah aku yang ‘aku’?
Apakah ini ‘aku’?
Disini dibawah dimana seharusnya ditulis di sini, di bawah, serta di mana. Sama halnya dengan ke mana.
Terima kasih untuk koreksiannya.
Aku rindu mendengarkan malam
Ia bercerita bagaimana bumi merintih dalam diam
Acap kali ia murka
Tapi kita tak juga paham maunya
Aku rindu mendengarkan malam
Ia bercerita bagaimana purnama menghiasi cakrawala
Dan muda-mudi yang dimabuk asmara
Bersenandung memecah sunyi alam raya
Aku rindu mendengarkan malam
Mendengarkan mu bertanya, siapa dirimu padaku
Lalu aku bertanya, aku siapa?
Mau ku apa?