Kita adalah sepasang bola mata merah yang pecah
menggenang sesenggukan. Meleleh bersama kepalsuan yang
ditanam di pipi sejak pukul tujuh pagi. Ujung
jari dan ujung lidah yang sepakat mengeja kisah
kasih monyet yang itu-itu saja.
Kita adalah kepulan asap berbau coklat dan vanila dengan
telinga-telinga tuli tersumpal musik cepat, bersama kepala
bergoyang dan tangan menggerayang dan pupil mata yang
tersangkut di tinggi wewarna lampu redup pembakar nafsu
pecandu candu yang semu.
Kita adalah binatang sirkus sekaligus tukang kayu pembuat
panggung yang mencuri perhatian sepasang dua pasang
bolamata hijau merah, menjaja putih molek lapisan kulit
dan lekuk busuk tubuh penuh tambalan berharap menjadi
sesembahan budak duniawi.
Kita adalah manekin kopong. Keras dan hampa dalam waktu yang
sama, berkubang dalam pura pura, kelonjotan mencari cari napas
tenggelam legam hitam dusta menyedihkan yang menguras tapi
rela menjelma setan dan tuhan demi dihakimi dan dilempari suka oleh
makhluk-makhluk miskin nilai.
Kita adalah syaraf tak tersambung, sel-sel mati kurang gizi.
**
Kita bukan ter
lupa.
Kita adalah perwujudan
lupa.
Lupa yang
hidup.
lupa yang
lupa
mati. Lupa yang
lupa bahwa ia
lupa.
Dan jika kamu benar ada dan
lupa, aku mendoa, semoga nanti berjodoh,
dengan
kesadaran.
Oleh : Fajar Islam Sitanggang