Hello Makna Kata

Menelisik Makna dalam Untaian Kata

Kisah yang dikisah-kan

ingat betul, ia pinta aku, cukup merasakannya saja.
ia bercerita:
“alkisah, 1881. sebelum tempat ini dipenuhi musik-musik jazz,keroncong, gambang kromong, dangdut yang di mix. derap kaki, siul bibir, memar pipi, tubuh-tubuh telanjang, ceceran liur, sperma di kursi, tumpahan koktail, bau muntahan di langit-langit. percayalah, sebuah kemunculan selalu tak membawa sebab, entitasnya sendiri dihadirkan tunggal, tak berakibat. lihatlah, betapa daun tak pernah berwarna putih meski tiada henti diguyur hujan, batuan besar seiring waktu retak-terpecah jadi batuan kecil lalu digenangi, ditetesi air hujan, melapuk, hancur menjadi tanah. dahulu, awalnya di sini mengalir sungai terpanjang, bernama hati setiap hari mengantar arus-arus harapan pada muara kekalutan. di sepanjang sungai, nampak kebun bunga mawar dan seorang pemuda yang tak pernah menyebutkan namanya ketika berkunjung kesini. setiap hari ia tak pernah lupa datang kemari. mengajak mawar berbicara, “maka berdarahlah tanganku, biar warnamu semerah darahku, maka berdurilah kulitku, biar tangkaimu sesakit kulitku”. sambil menyirami mawar-mawar yang tampak kegirangan dan pucat. menyaksikan sudut mata pemuda itu, yang mulai menggelap, hitam matanya makin mendalam, seluruh pandangan matanya berlarian, mengabur dan kabur, sangat kelam. ia menangis sangat deras di tepi sungai hati”.

Oleh: Adi Darmawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *