Hello Makna Kata

Menelisik Makna dalam Untaian Kata

Karya-karya Bernard Batubara

Di bulan “yang katanya” penuh kasih sayang ini, kami ingin mengajak Anda berkenalan dengan seorang sastrawan Indonesia yang penuh romantisme: “Bernard Batubara”.

Penulis yang tergolong sangat muda ini (lahir di Pontianak pada tanggal 9 Juli 1989) telah melahirkan setidaknya sepuluh buku yang cukup laris manis di pasaran. Bara, begitu panggilan akrabnya, juga cukup aktif menulis di blog pribadinya: www.bisikanbusuk.com. Berbagai kisah cinta yang penuh musik, mitos, mimpi, dan memori mewarnai coretan-coretan karyanya baik dalam bentuk puisi, cerita pendek, maupun novel.

Kami yakin karya-karya terbaik milik Bernard Batubara ini sangat cocok menemani bulan penuh cinta Anda di tahun ini. Yuk, kita simak satu persatu:

  1. Angsa-Angsa Ketapang (2010)

Kumpulan puisi ini diibaratkan anak sulung bagi karya-karya Bernard Batubara. Buku pertama yang diterbitkan oleh salah satu penerbit indie: Indie Book Corner. Bara meramu berbagai kisah kehidupan dalam makna cinta yang luas di buku ini. Cocok untuk Anda yang ingin membaca karya sastra tanpa harus mengernyitkan dahi sepanjang waktu, karena karya Bara cukup ringan untuk dinikmati tanpa meninggalkan ciri-ciri kesusteraan Indonesia. Sangat tepat menyelami ribuan kata yang terangkai sambil menyeruput kopi atau teh hangat di  sore hari nan hujan rintik-rintik.

Pada Tepi Daun, Embun, dan Mata

pada tepi daun, embun adalah sebuah mata, dan sepi terkurung dalam rapuh tulang-tulangnya

pada tepi mata, daun adalah sebutir embun, ada cuaca pagi, dan warna hijau yang kabur dan basah

pada tepi embun, mata adalah selembar daun, ke dalam pandang sepi telah penuh, luruh, dan sudah

2. Radio Galau FM (2011)

Buku ke-dua Bara yang diterbitkan ini telah berhasil diangkat ke layar lebar tepat setahun setelah karya ini terbit. Hal ini membuktikan bahwa karya Bara cukup penting untuk diperhitungkan. Buku yang merupakan kumpulan cerpen ini penuh dengan kisah-kisah cinta diawal masa remaja yang penuh dengan gejolak asmara dan kegalauan. Cocok untuk Anda yang ingin mengenang kisah yang ada baik saat ini maupun yang pernah singgah di hati, siapa tau mirip :).

3. Kata Hati (2012)

Bisa dikatakan, novel yang satu ini merupakan cerita panjang dari kisah cinta salah satu tokoh di karya sebelumnya, “Radio Galau FM”, yaitu Bara. Kisah yang ditulis “Bara” (what a coincident, writer have the same name as the main character 😉 ) kali ini masih mengangkat kisah cinta belia yang akan beranjak dewasa. Dengan bahasa yang ringan, kocak, dan “masa kini”, Bara mampu membawa rasa menjadi nyata.

4. Milana: Perempuan yang menunggu senja (2013)

Berikut adalah kumpulan cerita pendek pertama dari Bara yang telah dibukukan. Berisikan 15 cerita pendek, kali ini Bara mencoba untuk menggabungkan kisah cinta universal yang mungkin tercipta bukan saja antar manusia namun juga benda-benda sekeliling kita yang sering kita anggap tak bernyawa. Bagaikan setitik embun pagi yang mencintai tepian daun. Bagaikan bumi yang mencintai hujan. Kami pun pernah merekomendasikan buku ini beberapa waktu yang lalu (silahkan baca: Milana-Sebuah Catatan) Penasaran dengan kumpulan cerpen ini? Yuk, nikmati berbagai ceritanya 🙂

5. Surat untuk Ruth (2013)

Dalam novel ini, Bara mengedepankan rasa cinta yang mendalam antar dua manusia. Rasa cinta yang dapat menyakitimu, rasa cinta yang terlampau besar hingga membunuhmu. Rasa cinta yang membutuhkan begitu banyak perjuangan. Rasa cinta dengan penuh keikhlasan kalaupun tidak mungkin bersatu. Bara berhasil melukiskan cinta dengan berbagai rasa pada buku ini, begitu dalamnya sehingga menyeret kita pada alir cerita yang mungkin kita tulis dalam buku harian, ataupun coretan hati teruntuk kekasih tercinta dengan latar belakang kota Malang, Surabaya, dan Bali yang penuh pesona……serta…..pssst….Surat untuk Ruth memiliki benang merah dengan salah satu cerpen di “Milana: Perempuan yang menunggu senja” 😉

6. Cinta. (Cinta dengan titik) (2013)

Bara sangat pandai bermain kata pada setiap karya-karyanya, kali ini Bara mencoba menyisipkan berbagai Haiku (sejenis gaya puisi yang berasal dari Jepang, yang terkenal dengan sebutan Hokku mulai abad 16). Sang tokoh utama mengalami kepahitan akan cinta di masa lalu yang mempengaruhi mereka dalam memandang cinta di masa kini. Apakah mencintai seseorang dapat menjadi salah? Ataukah merupakan kesalahan saat kita mencintai seseorang yang tidak selayaknya? Membaca “Cinta.”, dapat membawa kita pada perspektif unik dari arti jatuh cinta dan mencintai itu sendiri dengan latar belakang kota Yogyakarta yang indah. Yuks, dinikmati sambil menyisip secangkir teh di tengah sore yang berintik  hujan.

My favorite part is the verse,

while yours is the  refrain.

I don’t know if it’s a curse,

but loving you is like inviting the pain

-NEM

7. Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri (2014)

Bukan Bara namanya, apabila dia tidak bisa menemukan judul-judul kisah yang menyeleneh. Bagaimana jatuh cinta bisa disamakan dengan bunuh diri? Bara menjawabnya dalam realitas rasa cinta yang mungkin tercipta. Tak selamanya jatuh cinta berbunga-bunga dan membawa bahagia, jatuh cinta juga dapat menjadi rasa cemburu, sakit hati, kecewa, dan nafsu yang membara. Dalam kumpulan cerita pendek kedua milik Bara ini, Bara mengkolaborasikan unsur cerita-cerita rakyat maupun tradisional dalam imajinasinya dan melahirkan karya-karya dengan ciri khas seorang Bernard Batubara. Sebuah karya yang patut dibaca untuk menikmati perkembangan buah karya seorang sastrawan Indonesia.

8. Jika Aku Milikmu (2015)

Jika Aku Milikmu merupakan kisah cinta yang menggambarkan keraguan, kehilangan, serta ketidak pastian dalam cinta. Kisah cinta yang berlatar kota Pontianak ini menggambarkan seorang lelaki yang sedang jatuh cinta dan menjadi bodoh dibuatnya. Untuk sebagian orang, kisah ini terkesan “cheesy” dan penuh rayuan gombal, namun itulah ciri khas yang ingin diutarakan oleh sang penulis. Pantun berbalas pantun, kiasan dan kenyataan yang sulit untuk dibedakan.

9. Metafora Padma (2016)

Ini merupakan kumpulan cerpen ke-3 dari seorang Bernard Batubara. Pada novel ini, Bara menyuguhkan gaya cerita yang berbeda. Ragam sejarah Indonesia, terutama pada masa reformasi dan perang etnis pribumi-non pribumi  di tahun 1998, menjadi pilihan Bara sebagai latar belakang kisah-kisahnya yang mendebarkan dada. Bara mencoba menengahkan beragam konflik yang pernah terjadi dalam serakan kata. Membaca karya ini mengingatkan saya akan “Corat-coret di Toilet”., karya Eka Kuriawan. Kami salut kepada Bara yang berani bermain kata dalam cinta untuk menggambarkan situasi yang cukup mencekam saat itu.

10. Elegi Rinaldo (2016)

Buku ini merupakan novel yang berkisah mengenai sosok Aldo sang Food Photographer dan Jenny sang Chef. Kehilangan menjadi pusat dari cerita kehidupan antar Aldo dan Jenny hingga enggan untuk berkomitmen. Bagaimana mereka menghadapi kehilangan? dan seperti apa sudut pandang mereka mengenai sebuah komitmen? baca saja ya bukunya. Dijamin tidak akan menyesal.

Sudah terbayang kah buku mana yang akan dinikmati di bulan Pebruari ini? Selamat Membaca…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *