Hello Makna Kata

Menelisik Makna dalam Untaian Kata

Hujan lupakan penatku

Melewati sejumlah angka di kalenderku. Melintasi tawa yang tak terencana. Inilah rencanaku di ujung patah kata yang belum pernah tersirat. Dikala hujanMu pergi bersama rinduku, hanya air mata yang setia menemani.
.
Aku tak pernah suka untuk menahan air mata. Namun, sadarku mengatakan bahwa aku tak bisa menjalani kehidupan dengan terus bersedih. Bagaimana bisa semangat ibadah tumbuh diantara hati yang pilu? Sedangkan untuk berbahagia, diawali dengan bersyukur. Sadarku kembali mengatakan, ada satu prioritas yang harus kita dahulukan sebagai hambaNya. Yaitu, kecintaan kita padaNya sudah seharusnya melebihi yang lain. Lantas mengapa masih membuatNya cemburu?
.
Begitupun akhirnya aku membunuh kecintaanku pada not balok, karena aku ingin lebih mencintai kalamNya. Bukan hal yang mudah memang, tapi proses akan segera mengubahnya. Sebuah proses yang serius, berat, tapi juga menenangkan. Proses akan terbentuk dari hati yang sabar. Sabar untuk melupakan tuts piano yang menari gembira ketika ku sentuh. Sabar untuk tidak mengunduh melodi favoritku dalam bandwith yang leluasa.
.
Tak cukup mudah bagiku menenangkan hati yang pilu. Kalaupun ada sebait kata indah dari sang kekasih, mungkin hanya sementara menghibur. Dan aku kembali sadar, tak ada yang melebihi cintaNya padaku sekalipun ayah ibuku.
.
Hujan kembali menyapa Nopember tahun ini. Tak lupa ia menyaksikan gurat sendu yang tertutup kesemangatan di wajahku. Semangat untuk terus berjuang melewati semua cobaan. Ya, kubiarkan rintiknya mengalir lembut di pipiku. Seketika aku sadar, bahwa aku tak punya alasan untuk mencintai seseorang melebihi cintaku padaNya, karena Dia telah memilihku untuk menjatuhkan hidayahNya.

Karya: Puspita Sari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *