kau pun, tahu
di pusat setiap kata,
terdapat makna yang sengaja
terlambat dimengerti atau makna
yang menunggu siap meledak
saat keinginan tak mampu lagi
dieram kesendirian dan hening
berkali-kali menyeruakkan tanda tanya
perihal mana yang lebih dulu
berterus-terang,
ludah dan bibirmu, atau hati dan mataku?
tidak ingin kuusik
bahagiamu kini, sedikit pun tentu kau tahu
tapi pabila sesekali aku datang menghampiri, hanya
ingin pastikan kalau arah yang kutuju telah sempurna
bahwa di ujung akhir sana
tidak akan ada cela atau pun sesal meringkusku
jadi tetaplah tinggal, tak perlu ada suara perpisahan,
kata-kata penguatan
sekarang biarkan, akuhilang